Untuk Jiwa yang Sedang Patah : Puisi by Khoirul Triansyah
Untuk Jiwa yang Sedang Patah
Teruntuk hati yang sedang patah
Bersama puisi ini aku langitkan ribuan diksi
Meretapi senja berbalut kabut, yang hitam diantara cahaya keemas emasan
Kita indah, tapi kita tertutup luka
Yang berdarah dan masih sedikit menganga
Sulit rasanya melupakan sakit dan pedihnya kejatuhan pisau dari arah yang tidak kita sangka
Mengapa?
Masih saja aku yang disalahkan
Masih saja aku yang dijatuhkan
Aku tahu jiwaku rapuh, aku tahu aku baru belajar berdiri
Tapi angan akan tetap menjadi awan
Jauh dan tidak tahu kapan menjadi hujan
Langitmu biru, anganku mengabu
Samar-samar tanpa bayang
Hilang, hilang, dan jatuh
Apa aku tidak berhak bahagia?
Manusia sepertiku ini hanya sampah
Rela terbuang demi menyelamatkan jiwa-jiwa yang kaya
Membungkus nyawa dan akhirnya menjadi sangat tidak berharga
Jika aku mati nanti
Aku tidak suka perpecahan
Setelah aku benar-benar hilang dan pergi
Baru akan kalian tahu, siapa yang sebenarnya pencari mimpi
Jiwaku sesak, tamparan lisan yang nyata
Membuncah disela-sela nadi yang harusnya terisi udara
Apakah menjadi manusia harus sepedih ini?
Aku tidak layak menyandang predikat pejuang yang hakiki, aku sering lemah dan kadang sempat menyerah
Sekalipun aku harus pulang, aku sudah lupa jalan menuju rumah
Sebab kepergianku tanpa pamit, dan kepulanganku akan rumit
Rumahku sudah hilang, tempatku berteduh sekarang hanyalah persimpangan jalan
Ramai, tapi tidak satu orang pun peduli
Jika aku teriak sekarang, mungkin aku yang akan ditendang
Merayau bagaikan kehilangan mata dan penglihatan
Kepastian hidupku saat ini mungkin hanya mengemis belas kasih
Dari orang-orang kaya yang hatinya tertutup benang merah yang membelit
Pagiku kini tanpa sinar dibalik jendela
Dan malamku gelap tanpa bintang dan angin yang kencang
Angin yang sedari tadi malam menembus tubuhku yang dingin
Memecah genderang yang akhirnya tumbang dan tak bisa meredam
Anganku hilang, mimpiku terbang
Sedang aku
Aku akan pulang
Kembali menjadi aku yang usang
Maaf atas semua diksiku yang kacau ini
Ketidakadilan sudah membutakan kita
Sejauh ini aku hanya ingin berkata
Kita bisa, hanya saja kita kurang mencoba
Khoirul triann
Kalianda, 17 April 2019
Puisi lainnya bisa kalian selami di :
Ig @khoirultriann dan ytb Catatan Khoirul Triann
Teruntuk hati yang sedang patah
Bersama puisi ini aku langitkan ribuan diksi
Meretapi senja berbalut kabut, yang hitam diantara cahaya keemas emasan
Kita indah, tapi kita tertutup luka
Yang berdarah dan masih sedikit menganga
Sulit rasanya melupakan sakit dan pedihnya kejatuhan pisau dari arah yang tidak kita sangka
Mengapa?
Masih saja aku yang disalahkan
Masih saja aku yang dijatuhkan
Aku tahu jiwaku rapuh, aku tahu aku baru belajar berdiri
Tapi angan akan tetap menjadi awan
Jauh dan tidak tahu kapan menjadi hujan
Langitmu biru, anganku mengabu
Samar-samar tanpa bayang
Hilang, hilang, dan jatuh
Apa aku tidak berhak bahagia?
Manusia sepertiku ini hanya sampah
Rela terbuang demi menyelamatkan jiwa-jiwa yang kaya
Membungkus nyawa dan akhirnya menjadi sangat tidak berharga
Jika aku mati nanti
Aku tidak suka perpecahan
Setelah aku benar-benar hilang dan pergi
Baru akan kalian tahu, siapa yang sebenarnya pencari mimpi
Jiwaku sesak, tamparan lisan yang nyata
Membuncah disela-sela nadi yang harusnya terisi udara
Apakah menjadi manusia harus sepedih ini?
Aku tidak layak menyandang predikat pejuang yang hakiki, aku sering lemah dan kadang sempat menyerah
Sekalipun aku harus pulang, aku sudah lupa jalan menuju rumah
Sebab kepergianku tanpa pamit, dan kepulanganku akan rumit
Rumahku sudah hilang, tempatku berteduh sekarang hanyalah persimpangan jalan
Ramai, tapi tidak satu orang pun peduli
Jika aku teriak sekarang, mungkin aku yang akan ditendang
Merayau bagaikan kehilangan mata dan penglihatan
Kepastian hidupku saat ini mungkin hanya mengemis belas kasih
Dari orang-orang kaya yang hatinya tertutup benang merah yang membelit
Pagiku kini tanpa sinar dibalik jendela
Dan malamku gelap tanpa bintang dan angin yang kencang
Angin yang sedari tadi malam menembus tubuhku yang dingin
Memecah genderang yang akhirnya tumbang dan tak bisa meredam
Anganku hilang, mimpiku terbang
Sedang aku
Aku akan pulang
Kembali menjadi aku yang usang
Maaf atas semua diksiku yang kacau ini
Ketidakadilan sudah membutakan kita
Sejauh ini aku hanya ingin berkata
Kita bisa, hanya saja kita kurang mencoba
Khoirul triann
Kalianda, 17 April 2019
Puisi lainnya bisa kalian selami di :
Ig @khoirultriann dan ytb Catatan Khoirul Triann
Comments
Post a Comment