Review Film "It : Chapter Two" by : Muhammad Arief F
REVIEW FILM "IT : CHAPTER TWO"
by : Muhammad Arief F

Kenangan
mereka memudar. Eddie, Beverly, Bill, Mike, Richie, Ben dan Stanley yang kini
sudah dewasa seperti sudah lupa dengan hal-hal yang terjadi di masa kecil
mereka. Butuh waktu 27 tahun bagi mereka untuk kembali bersatu.
Bersatu
menikmati masa-masa kecil mereka yang menyenangkan sekaligus mengerikan. Kini,
Eddie, Beverly, Bill, Mike Hanlon, Richie, Ben dan Stanley diharapkan kembali
ke kota Derry. Kota kecil yang tak mereka duga seharusnya tak lagi mengerikan.
Tampil apik di film it yang rilis di tahun 2017, lalu bagaimana dengan film
keduanya? Berikut ulasan atau review it Chapter Two film horor terbaru
Hollywood yang mulai tayang 4 September 2019 di bioskop.
The
Loosers Club, seperti sudah ditakdirkan untuk berkumpul kembali. Kematian-kematian misterius, dan
menghilangnya anak-anak hingga remaja-remaja tanggung menjadi dasarnya. Hanya
Mike (Isaiah Mustafa) yang tak pernah benar-benar pergi dari Derry, kota kecil
yang sebenarnya menyebalkan. Sementara itu, Eddie, Beverly, Bill, Richie, Ben
dan Stanley yang benar-benar sudah pergi dari kota tersebut.
Kepergian
mereka ternyata tidak membuat satu misteri lainnya menghilang. Benar, Pennywise
yang dikira oleh anak-anak ini di masa lalu sudah tak akan ada lagi justru
kembali. Mungkin, mereka sudah ditakdirkan untuk bertemu kembali.
Satu
panggilan dari ponsel Mike ke teman-teman lamannya mengubah semuanya. Semua
garis yang sudah ditakdirkan untuk anak-anak yang dahulu pernah mengira sudah
mengalahkan Pennywise. Namun, tak semudah itu. Mike, Eddie, Beverly, Bill,
Richie, Ben dan Stanley harus berhadapan dengan hal-hal pahit di dalam
hidupnya.
Kenyataan-kenyataan
mengerikan yang menggiring mereka ke masa lalu. Memecahkan misteri, termasuk
menghapus kutukan kota Derry dan kali ini benar-benar menghabisi Pennywise.
Bisakah mereka melakukannya? Buat kamu penggemar film horor, it Chapter Two
sangat-sangat layak untuk ditonton.
Sesosok
badut yang hobi memangsa anak-anak? Sebenarnya premis cerita ini terasa konyol.
Namun, inilah fantasi yang dihadirkan Stephen King di dalam novelnya. Fantasi
ini kemudian dibawa dalam sebuah penampilan horor teatrikal yang apik
lewat film it tahun 2017 yang lalu.
Sebuah
kejutan, ketika it pada saat itu mampu memberikan efek psikologis horor yang
membuat bulu kuduk jadi merinding. Adaptasi keduanya pun berjalan dengan mulus.
Fokus sang sutradara, Andy Muschietti
untuk langsung menggarap It Chapter Two ketika film pertamanya selesai dibuat pun
menjadi terasa tak main-main.
Hasilnya
, hampir semua bagian dari film It Chapter Two tak bertele-tele. Mungkin saja,
durasi filmnya yang hampir menyentuh tiga jam menjadikan aliran film ini
berjalan sebagaimana mestinya. Menyambung semua fokus cerita dari film pertama
tanpa harus terputus-putus dan tak melompat-lompat. Bahkan, yang belum sempat
menyaksikan film pertamanya pun mampu mencerna film ini dengan baik.
Perpaduan
cerita Mike, Eddie, Beverly, Bill, Richie, Ben dan Stanley yang masih kecil dan
digabungkan ketika mereka sudah dewasa pun mengalir dengan sangat baik. Tak
canggung, dan bahkan cenderung tegas. Mengajak penonton membayangkan kengerian
yang mereka hadapi di masa kecil sama mengerikannya dengan kengerian yang
mereka dapati ketika sudah dewasa.
Inilah
keunggulan film it Chapter Two. Jika biasanya film adaptasi novel dan dibuatkan
sekuelnya akan melempem, namun hal ini tidak terjadi di film keduanya.
Meskipun
begitu, ada beberapa hal yang masih terasa kurang. Kengerian yang ditawarkan
tidak seperti film pertamanya, sedikit berkurang. Jumlah horor teatrikal yang
dimainkan pun mulai menipis, mungkin saja karena, film ini lebih fokus pada
sisi misterinya. Misteri untuk menggubur Pennywise sebagaimana semestinya.
Comments
Post a Comment