Dear April : Puisi by Khoirul Triansyah
Dear april,
Sebelumnya aku tidak pernah sebahagia ini
Ternyata mengikhlaskan memang membuatku lebih tenang
Aku sudah lelah menggenggam pisau berbilah tajam
Aku belajar melepaskan, meski luka karena genggaman masih berbekas jelas
Rasanya masih kuingat
Indah mengalun alun dibawah pohon yang rindang
Kamu yang menawan pernah meraih tanganku
Berbisik untuk tetap selamanya bersama
Lalu teriak dan meninggalkan aku yang sendirian dibawah pohon yang rindang
Aku tidak tahu kapan buah dari pohon ini akan jatuh
Yang aku takutkan, ketika buahnya jatuh tepat di aku dan aku tidak bisa menghindar
Karena pergeseran sedikit aja aku malas
Aku ingin tetap disini, di tempat yang sama persis ketika aku menunggumu
Seperti dulu kamu pernah meraih tanganku
Mungkin bukan hanya buah yang akan jatuh dikepalaku
Bisa saja ranting, kayu yang besar, atau bahkan pohon tempatku berlindung ini akan roboh menimpaku.
Padahal aku sangat membutuhkan rindangnya untukku berteduh
Anginnya yang membuatku semakin berangan
Anganku yang tidak pernah pudar
Masih sama, seperti ketika kamu disini
Tapi kita tidak sama
Kamu yang aku kira pohon yang rindang
Ternyata hanyalah ranting kering yang rapuh
Bagaimana mungkin kamu kuat menopangku
Rantingmu saja gampang patah
Baru ku tarik sedikit, kamu sudah gugur
Baru ku ungkapkan sedikit, kamu sudah hilang
Kamu sudah hilang, jauh tertiup angin
Terbang entah kemana
Daunmu yang hijau telah mengering
Rantingmu yang kokoh tempat kubersandar sudah patah, dan aku terjatuh sakit sekali
Seperti itulah aprilku
Dia pergi lalu bahagia
Dan aku masih disini, menatap pohon hayalan yang aku ciptakan sendiri
Pohon itu sudah kutebang, buahnya sudah habis kumakan.
Kayunya kuberikan untuk kakek tua yang sering mengais ranting2 kering yang berguguran
Daunnya terbang, dan mungkin sudah bersemayam
Disuatu tempat yang indah bersama penunggu pohon yang lainnya.
Pergilah, aku sudah melupakanmu
Dear April. Khoirul Triann
Kalianda, 3 april 2019
Puisi lainnya bisa kalian rasakan di :
Ig @khoirultriann dan ytb Catatan Khoirul Triann
Sebelumnya aku tidak pernah sebahagia ini
Ternyata mengikhlaskan memang membuatku lebih tenang
Aku sudah lelah menggenggam pisau berbilah tajam
Aku belajar melepaskan, meski luka karena genggaman masih berbekas jelas
Rasanya masih kuingat
Indah mengalun alun dibawah pohon yang rindang
Kamu yang menawan pernah meraih tanganku
Berbisik untuk tetap selamanya bersama
Lalu teriak dan meninggalkan aku yang sendirian dibawah pohon yang rindang
Aku tidak tahu kapan buah dari pohon ini akan jatuh
Yang aku takutkan, ketika buahnya jatuh tepat di aku dan aku tidak bisa menghindar
Karena pergeseran sedikit aja aku malas
Aku ingin tetap disini, di tempat yang sama persis ketika aku menunggumu
Seperti dulu kamu pernah meraih tanganku
Mungkin bukan hanya buah yang akan jatuh dikepalaku
Bisa saja ranting, kayu yang besar, atau bahkan pohon tempatku berlindung ini akan roboh menimpaku.
Padahal aku sangat membutuhkan rindangnya untukku berteduh
Anginnya yang membuatku semakin berangan
Anganku yang tidak pernah pudar
Masih sama, seperti ketika kamu disini
Tapi kita tidak sama
Kamu yang aku kira pohon yang rindang
Ternyata hanyalah ranting kering yang rapuh
Bagaimana mungkin kamu kuat menopangku
Rantingmu saja gampang patah
Baru ku tarik sedikit, kamu sudah gugur
Baru ku ungkapkan sedikit, kamu sudah hilang
Kamu sudah hilang, jauh tertiup angin
Terbang entah kemana
Daunmu yang hijau telah mengering
Rantingmu yang kokoh tempat kubersandar sudah patah, dan aku terjatuh sakit sekali
Seperti itulah aprilku
Dia pergi lalu bahagia
Dan aku masih disini, menatap pohon hayalan yang aku ciptakan sendiri
Pohon itu sudah kutebang, buahnya sudah habis kumakan.
Kayunya kuberikan untuk kakek tua yang sering mengais ranting2 kering yang berguguran
Daunnya terbang, dan mungkin sudah bersemayam
Disuatu tempat yang indah bersama penunggu pohon yang lainnya.
Pergilah, aku sudah melupakanmu
Dear April. Khoirul Triann
Kalianda, 3 april 2019
Puisi lainnya bisa kalian rasakan di :
Ig @khoirultriann dan ytb Catatan Khoirul Triann
Comments
Post a Comment