#INICINTA part II
Bunda makan makanan yang bergizi walaupun saat itu mereka tidak menginginkan. Bukan karena apa apa, kerena kita membutuhkan gizi dan makanan baik. Dimasa masa menjelang kelahiran, semua keluarga besar bergembira, ayah dan bunda kita berdiskusi menyiapkan nama yang paling tepat untuk kita.
Sampai kelahiran pun dipenuhi dengan cinta yang tulus, perasaan senang, khawatir, dan takut bercanpur menjadi satu oada diri mereka. senang karena kita akan segara lahir ke dunia, khawatir karena dengan proses persalinan yang bunda lakukan, takut jangan jangan allah memanggil bunda ketika melahirkan, sehingga bunda tidak bisa memanggil dan membimbing kita menjadi dewasa dan saleh.
Setiap teriakan yang bunda keluarkan menambah kecemasan ayah yang slalu setia menunggu proses kelahiran kita. Baginya, itulah waktu terlama yang ia rasakan, ia berfikir "ya allah, ssat ini apa pun tidak berarti, kecuali kelahiran BUAH HATIKU :'(
Teriakan demi teriakan yang terlepas dari mulut bunda berlanjut, mewakili pertaruhan nyawa yang sedang dilakukannya. Demi buah hatinya, tak tersisip satupun rasa gentar menjalani semua ini. Rasa sakit yang dirasakan, nyawa yang di pertaruhkan. Keselamatanya bukan lagi mengalahkan segala kepetingan akan nyawa baginya.
Setiap erangan, tetesan air mata, dan darah yang dia alirkan adalah benih kebaikan. Jihad seorang bunda tak sekali menyesal,tak sekali pun bunda mengeluh. Dalam hidupnya, mungkin itu hari yang paling berharga dan paling menyakitkan yang bunda rasakan, tapi itu juga hari yang paling berbahagia yang pernah bunda rasakan, semua itu karena kita.
Lalu, lahirlah kita. Dengan teriakan yang nyaring dan menggema, diperlihatkan wajah kita yang masih bermandikan darah bunda kita. Bunda pun tersenyum, merasa dirinya paling bahagia di semesta alam ini. Padahal, tadi bunda bertindak teriak kesakitan. Semua hilang ketika melihat wajah kita.
Inilah CINTA, ayah pun menghambur masuk, mencium bunda dan segera mengumanddangkan adzan di telingan kita, tanda syukur yang mendalam, buyar sudah semua cemas galaunya dan inilah CINTA.
Ketika kita tumbuh dan berkembang oun semuanya diliputi kehangatan cinta. Tangis kita menjadi usikan di kala ayah bunda tertisur pulas, tapi dengan senang hatinya bunda bangun, menggantikan popok yang basah, menenangkan kita yang rewel untuk tidur kembali bersama ayah dan bunda terkasih.
Tak beberapa saat kita pun membangunkan kembali tidur mereka yang baru sedikit pulas, kali ini karena lapar. Denganpenuh kesabaran, kembali bunda terbangun dan menyusui kita sampai tenang dan tertidur kembali, inilah CINTA.
Ketika kita beranjak dewasa, mereka mendengar semua keluhan dan makian kita. Suara kita yang keras saat marah dengan mereka, mereka balas dengan nasihat yang tulus. Diajarinya kita semua hal tentang dunia dan hidup. Setia hari tak lupa di doakannya kita setelah shalatnya, sampai detik ini pun ia masih berdoa ''ya allah, jadikanlah buah hatiku sedap dipandang mata dan berikanlah mereka hati yang lembut dengan kesalehan''
Sering kali mereka menangis saat kita membentak mereka, SAKIT tapi esoknya, kembali diperlihatkannya wajah dan senyum cerianya, kembali memasak makanan dan menyiapkan pakaian kita untuk berangkat sekolah, tanpa keluhan inilah CINTA..
Tapi, mari kita putar balik memori kita. Tulusnya cinta kedua orangtua kita yang selalu memberi tanpa pamrih, sudahkah kita menghargainya da mengingatnya?
Pernahkah kita memberikan hadiah kepada bunda kita, memberikan sekuntum bunga kepada bunda, atau sekedar memeluk bunda kita dan mengucapkan ''terima kasih ya bunda.'' begitu pun dengan ayah ''terima kasih ayah, ayah atas upayamu menghidupi dan mencukupi keluarga"
Atas pemberiannnya yang takkan pernah bisa kita balaskan?
Atau pernahkah kita meminta maaf saat kita melakukan kesalahan kepada ayah bunda kita? atau sekedar berdoa bagi mereka berdua setelah shalat? ingatkah kita kepada mereka berdua saat kita mendapatkan kesenangan? apakah kita termasuk orang yang mengingkari cinta yang di berika allah dan rasulnya muhammad? kita mengaku umat Muhammad, menulisnya dalam kolom tokoh idola kita, tapi mungkin tak sedikitpun merindukannya.
Padahal Rasulullah saw, manusia paling mulia yang dijamin masuk surga, rela dilempari batu hingga kakinya berdarah, rela dihina, dimaki, dilempari kotoran, demi kita demi umatnya. Bahkan sampai wafatnya pun rasul selalu memikirkan umatnya lebih daripada dia dan keluarganya. ''ummati..... ummati........ ummati........'' itulah kata kata terakhirnya.
Padahal, jika tidak ada rasul dan agama yang dibawanya, mana mungkin kita mempunyai kedua orang tua yang baik. Tanpa izin allah, sumber segala cinta, bagaimanakah orang tua kita bisa ada di dunia?
BERSAMBUNG..........
Sampai kelahiran pun dipenuhi dengan cinta yang tulus, perasaan senang, khawatir, dan takut bercanpur menjadi satu oada diri mereka. senang karena kita akan segara lahir ke dunia, khawatir karena dengan proses persalinan yang bunda lakukan, takut jangan jangan allah memanggil bunda ketika melahirkan, sehingga bunda tidak bisa memanggil dan membimbing kita menjadi dewasa dan saleh.
Setiap teriakan yang bunda keluarkan menambah kecemasan ayah yang slalu setia menunggu proses kelahiran kita. Baginya, itulah waktu terlama yang ia rasakan, ia berfikir "ya allah, ssat ini apa pun tidak berarti, kecuali kelahiran BUAH HATIKU :'(
Teriakan demi teriakan yang terlepas dari mulut bunda berlanjut, mewakili pertaruhan nyawa yang sedang dilakukannya. Demi buah hatinya, tak tersisip satupun rasa gentar menjalani semua ini. Rasa sakit yang dirasakan, nyawa yang di pertaruhkan. Keselamatanya bukan lagi mengalahkan segala kepetingan akan nyawa baginya.
Setiap erangan, tetesan air mata, dan darah yang dia alirkan adalah benih kebaikan. Jihad seorang bunda tak sekali menyesal,tak sekali pun bunda mengeluh. Dalam hidupnya, mungkin itu hari yang paling berharga dan paling menyakitkan yang bunda rasakan, tapi itu juga hari yang paling berbahagia yang pernah bunda rasakan, semua itu karena kita.
Lalu, lahirlah kita. Dengan teriakan yang nyaring dan menggema, diperlihatkan wajah kita yang masih bermandikan darah bunda kita. Bunda pun tersenyum, merasa dirinya paling bahagia di semesta alam ini. Padahal, tadi bunda bertindak teriak kesakitan. Semua hilang ketika melihat wajah kita.
Inilah CINTA, ayah pun menghambur masuk, mencium bunda dan segera mengumanddangkan adzan di telingan kita, tanda syukur yang mendalam, buyar sudah semua cemas galaunya dan inilah CINTA.
Ketika kita tumbuh dan berkembang oun semuanya diliputi kehangatan cinta. Tangis kita menjadi usikan di kala ayah bunda tertisur pulas, tapi dengan senang hatinya bunda bangun, menggantikan popok yang basah, menenangkan kita yang rewel untuk tidur kembali bersama ayah dan bunda terkasih.
Tak beberapa saat kita pun membangunkan kembali tidur mereka yang baru sedikit pulas, kali ini karena lapar. Denganpenuh kesabaran, kembali bunda terbangun dan menyusui kita sampai tenang dan tertidur kembali, inilah CINTA.
Ketika kita beranjak dewasa, mereka mendengar semua keluhan dan makian kita. Suara kita yang keras saat marah dengan mereka, mereka balas dengan nasihat yang tulus. Diajarinya kita semua hal tentang dunia dan hidup. Setia hari tak lupa di doakannya kita setelah shalatnya, sampai detik ini pun ia masih berdoa ''ya allah, jadikanlah buah hatiku sedap dipandang mata dan berikanlah mereka hati yang lembut dengan kesalehan''
Sering kali mereka menangis saat kita membentak mereka, SAKIT tapi esoknya, kembali diperlihatkannya wajah dan senyum cerianya, kembali memasak makanan dan menyiapkan pakaian kita untuk berangkat sekolah, tanpa keluhan inilah CINTA..
Tapi, mari kita putar balik memori kita. Tulusnya cinta kedua orangtua kita yang selalu memberi tanpa pamrih, sudahkah kita menghargainya da mengingatnya?
Pernahkah kita memberikan hadiah kepada bunda kita, memberikan sekuntum bunga kepada bunda, atau sekedar memeluk bunda kita dan mengucapkan ''terima kasih ya bunda.'' begitu pun dengan ayah ''terima kasih ayah, ayah atas upayamu menghidupi dan mencukupi keluarga"
Atas pemberiannnya yang takkan pernah bisa kita balaskan?
Atau pernahkah kita meminta maaf saat kita melakukan kesalahan kepada ayah bunda kita? atau sekedar berdoa bagi mereka berdua setelah shalat? ingatkah kita kepada mereka berdua saat kita mendapatkan kesenangan? apakah kita termasuk orang yang mengingkari cinta yang di berika allah dan rasulnya muhammad? kita mengaku umat Muhammad, menulisnya dalam kolom tokoh idola kita, tapi mungkin tak sedikitpun merindukannya.
Padahal Rasulullah saw, manusia paling mulia yang dijamin masuk surga, rela dilempari batu hingga kakinya berdarah, rela dihina, dimaki, dilempari kotoran, demi kita demi umatnya. Bahkan sampai wafatnya pun rasul selalu memikirkan umatnya lebih daripada dia dan keluarganya. ''ummati..... ummati........ ummati........'' itulah kata kata terakhirnya.
Padahal, jika tidak ada rasul dan agama yang dibawanya, mana mungkin kita mempunyai kedua orang tua yang baik. Tanpa izin allah, sumber segala cinta, bagaimanakah orang tua kita bisa ada di dunia?
BERSAMBUNG..........
Comments
Post a Comment